Kamis, 06 November 2008

Senin, 03 November 2008

Narasi Batuan Beku

Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneous adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi
Berdasarkan letak kejadiannya, batuan beku terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Batuan beku dalam (plutonik), terbentuk jauh di bawah permukaan Bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehinggan batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). Contohnya adalah granit, granodiorit dan gabro
2. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung api. Proses pendinginan relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas Kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini adalah granit porfiri dan diorit porfiri.
3. Batuan beku luar (efusif), terbentuk di (dekat) permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk Kristal. Struktur batuan seperti ini dinamakan amorf, contohnya obsidian, riolit dan batu apung.
Berdasarkan komposisi kimianya, batuan beku dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Batuan beku ultra basa, contohnya dunit dan peridotit
2. Batuan beku basa, contohnya gabro, basalt
3. Batuan beku menengah (intermedier), contohnya andesit dan syenit
4. Batuan beku asam, contohnya granit, liorit
5. Batuan beku alkali, contohnya kimberlit, leusitit
Dalam mengidentifikasi batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari:
1. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
 Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
 Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
 Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
 Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
 Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
 Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
 Fanerik/fanerokristalin
 Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
 Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
 Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan:
 Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
 Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
 Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
 Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
 Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
 Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
 Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
 yang lain.
 Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
 Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
 Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
 Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
 Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
 Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
 Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
2. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
 Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
 Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
 Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
 Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
 Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
 Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
 Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
3. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
 Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
 Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.

Peta Konsep

Foto Batuan Beku



Batuan beku yang tercurahi mata air dari dataran tinggi Lembang di curug Cigai Pada Rabu (30/10)


Batuan curug cigay di kel.sukasari kota Bandung adalah batuan beku jenis bstusn brku luar (efusif) adapun yang dimaksud dengan batuan beku efusif adalah batuan yang terbentuk dari proses pendinginan dan pengerasan magma.Batuan beku bisa duklasifikasikan berdasarkan waktu pendinginan dari magma menjadi bentuk batuan,berdasarkan letaknya serta berdasarkan kandungan kimianya.Pengklasifikasian batuan jenis efusif adalah berdasarkan letaknya.Hal itu dikerenakan adanya beberapa ciri fisik batuan beku efusif yang khusus terdapat pada batuan beku pada gambar.Adanya aliran mata air yang mencurahinya akan menyebabkan pengikisan dan pelapisan pada batuan tersebut walaupun dalam kekuatan dan waktu yang lama

Foto Batuan Beku 2


Aliran air sungai yang melalui batuan beku hasil letusan gunung sunda pada Rabu (30/10)


Sungai cigay merupakan sungai yang mengalir melintasi daerah geger arum di kelurahan sukasari kota Bandung.Penggunaan lahan di sekitar DAS meliputi perkebunan,pemukiman dan lahan institusi perguruan tinggi (UPI).Di sungai cigay ini,terdapat pula air terjun (curug) yang sesuai dengan nama DAS yang melaluinya.Curug Cigay ini sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk memancing.Di sepanjang DAS terdapat batuan beku berbagai uuran mulai dari bongkah kecil sebesar kepalan tangan anak kecil sampai yang berukuran besar.Batuan beku ini berasal dari letusan Gunung Sunda Purba.Akan tetapi,karena pola perilaku masyarakat yang membuang sampah seenaknya ke DAS cigay,menyebabkan air di sungai ini menjadi kotor berwarna kecoklat-coklatan dan sering terlihatnya tumpukan sampah.

Foto Batuan Beku 3


Keanggunan curug cigay di kel.sukaasih,kota Bandung dengan letarbelakang keelokan vegetasi dan kekokohan batuan beku pada,Rabu (30/10)

Air terjun-yang dalam bahasa sunda disebut Curug-Cigay berada di DAS cigay di kel.sukasari kota Bandung.Curug yang memilki ketinggian sekitar 12 meter ini memilki daya tarik tersendiri.Apalagi disekitarnya tumbuh vegetasi berupa pohon-pohon serta semak-semak perdu yang menambah kesan asri curug ini.Akan tetapi karena pola perilaku pembuangan sampah masyarakat yang kurang sesuai dengan nilai ekologis,maka tak heran daya tarik curug cigay memudar.Curug cigay ini terbentuk dari proses pengangkatan (Agradsi) dataran tinggi Bandung utara.Di sini kita akan menemui dengan jelas pelapisan batuan dari yang berumut paling tua yang berada di dasar sampai yang paling muda di bagian atasnya.